MENANTI, CALEG BERKUALITAS -->

Kategori Berita

Rabu, 16 April 2025

Iklan Semua Halaman

SELAMAT DATANG DI PORTAL RESMI SDN 1 WONUAMBUTEO

MENANTI, CALEG BERKUALITAS

Saturday, December 29, 2018

Hasmadin
Aktivis Anti Korupsi
Setelah penetapan partai peserta pemilu oleh KPU, tantangan berikutnya yang harus dilalui Parpol adalah mendapatkan calon legislative (caleg) yang berkualitas,yang memahami hakikat demokrasi perwakilan, memiliki integritas dengan prinsif yang kuat, serta memiliki kapabilitas sebagai wakil rakyat.
Kenyataannya tidak mudah mendapatkan kader partai yang memenuhi syarat tersebut karenanya partai dituntut untuk berupaya merekrut dan menyeleksi dari sekian banyak masyarakat yang sekarang berminat mendaftar menjadi caleg. Proses seleksi merupakan konsekuensi demokrasi tidak langsung, Dan ini membutuhkan partai politik yang modern, kuat dan dapat memperjuangkan aspirasi masyarakat.

Namun untuk memperjuangkan aspirasi masyarakat tersebut haruslah dimulai dari kemajuan partai mendapat caleg berkualitas, tapi dilihat dari pengalaman pemilu selama ini, betapa sulitnya partai mendapat caleg yang berkualitas itu. Apalagi caleg di kabupaten/kota termasuk di Sul-tra.  keterbatasan sumber daya berdampak pada ketersediaan caleg yang berkualitas. Yang patut di khawatirkan mereka yang dari rekrutmen caleg ini adalah mereka yang sedang mencari pekerjaan dengan harapan dapat mengubah status sosialnya dari warga negara biasa menjadi elite politik. Mereka tidak memiliki idealisme politik, integritas, dan komitmen dalam mewakili aspirasi masyarakat.

Belajar dari peran wakil rakyat di DPRD Prov/kabupaten di Sultra sekarang paling tidak ada tiga hal penting yang harus diperhatikan partai jika ingin merekrut caleg. Pertama menyangkut aspek demokrasi perwakilan yang harus di laksanakan oleh anggota legislative. Demokrasi perwakilan memiliki makna bahwa ketika  seorang menjadi wakil rakyat, maka mereka harus sering mendengarkan langsung apa yang di suarakan masyarakat.

Suara masyarakat adalah harapan yang keluar dari pikiran dan nurani mereka yang harus di wujudkan oleh para wakil rakyat. Masyarakat yang menjadi konstituen, mengharapkan adanya perjuangan yang di lakukan oleh wakil rakyat melalui perdebatan-perdebatan di dewan demi terwujudnya harapan tersebut. Namun, karena hakikat ini tidak dipahami oleh wakil rakyat, maka yang di perjuangkan di parlemen tidak lebih sebuah keinginan dari elite partai yang telah merekrut mereka. Dan tidak jarang yang mereka perjuangkan apa yang menjadi kepentingan mereka sendiri. Dua Menyangkut integritas dan komitmen politik dengna prinsif semua mampu menjadi wakil rakyat, bukanlah sekedar menjadi elite politik yang memiliki massa  banyak.
Menjadi elite politik harus memiliki integritas, karena mereka menjadi teladan yang akan di ikuti massa politiknya. Namun, dalam banyak kasus, ketika caleg sudah menjadi wakil rakyat, mereka menjadi junawa dan bahkan arogan sehingga tidak terkendali, dan sering melakukan tindakan yang tidak terpuji yang menjatuhkan integritas mereka. Mengapa ini bisa terjadi ? jelas ini efek dari kejutan budaya yang mereka alami ketika sudah menjadi elite politik, sehingga lupa akan hakikat integritas dan demokrasi perwakilan.

Faktanya banyak di antara mereka menjadi caleg hanya ajakan orang tua, kerabat atau saudara dan bukan berasal dari panggilan idealisme politik yang dimiliki, dan yang paling berbahaya mereka yang suka pindah-pindah partai karena tidak mendapat kekuasaan dari partai yang lama. Inilah panorama politik yang sering kita lihat, tak hanya di tingkat nasional tapi juga local, padahal berpolitik tanpa idealisme adalah kesalahan yang sulit di maafkan tapi apa boleh buat ketika parpol kekurangan sumber daya, maka siapa saja dapat di terima tanpa seleksi. Tiga menyankut penguasaan subtansi masalah yang di hadapi masyarakat. Selama ini, banyak anggota legislative yang tidak memahami subtansi masalah yang dihadapi masyarakat . ini adalah implikasi rendahnya kemampuan memahami realita yang ada di sekitar. Kalaupun ada masalah masyarakat yang berhasil di identifikasi , hanya sedikit yang menjadi kebijakan public karena rendahnya kemampuan merumuskan agenda kebijakan public tersebut. Buktinya dapat dilihat dari target program legislasi daerah yang jauh dari prestasi yang membanggakan

padahal fasilitas untuk kunjungan kerja atau studi banding sudah maksimal dimamfaatkan oleh wakil rakyat.barangkali pertanyaanya, bagaimana mungkin anggota legislative dapat memahami substansi agenda kebijakan public, jika latar belakang kehidupan mereka memang jauh dari kehidupan politik ? proses pengkaderan dari partai politik menjadi kunci seseorang menjadi wakil rakyat. Dan memang di persiapkan jauh sebelum pemilu di laksanakan. Inilah kelemahan parpol di daerah yang memiliki kader-kader instan ke DPRD
Dari itu, menjelang penetapan daftar calon legislative oleh KPU sebulan kedepan partai politik harus bekerja keras merekrut dan menyeleksi individu yang memamng memiliki idealisme politik yang sesuai dengan manifesto partai tersebut. Tentu masyarakat tidak akan rela caleg yang di usulkan oleh partai adalah mereka yang hanya sekedar mencari pekerjaan.