Bokeo
Laduma merupakan Raja pertama di kerajaan Mekongga yang pertama kali memeluk
Agama Islam, ia memiliki empat orang istri. Basembu sebagai istri kedua dari
Bokeo Laduma ia melahirkan delapan orang anak yaitu: Lasikiri, Talaga,
Lapobandu, Lasone, Kunde, Wekoe, Wamena
dan Kuu.
Mengingat
usianya yang sudah semakin tua, maka Bokeo
Laduma yang bergelar Sangia Nibandera membagi daerah-daerah kepada anak-anaknya
sebagai kerajaan kecil yang berada di bawah naungan kerajaan Mekongga.
Yang
pertama Lasikiri menjabat sebagai raja kecil yang berkedudukan di Wundulako mendampingi ayahnya, kedua
Talaga menjabat sebagai raja kecil di daerah Sabilambo, ketiga Lapobandu
menjabat sebagai raja kecil di daerah Kapu, keempat Lasone menjabat sebagai
raja kecil di daerah Lambandia, kelima Kunde menjabat sebagai raja kecil di
daerah Lamunde, keenam Wekoe menjabat sebagai raja kecil di daerah Bende,
ketujuh Wamena menjabat sebagai raja kecil di daerah Rate-Rate sementara Kuu
menjabat sebagai panglima perang di Mekongga.
Sebelum
mangkat raja Laduma menobatkan Lasikiri sebagai raja besar di kerajaan
Mekongga. Lasikiri di lantik oleh raja Laduma yang bergelar Sangia Nibandera
atas hasil musyawarah tujuh toono motuo. Lasikiri bergelar Bokeo oha atau raja
Besar di kerajaan Mekongga. Namun saudaranya yang lain juga tetap bergelar
sebagai Bokeo kecil atau raja kecil.
Lasone
salah seorang saudara dari raja Lasikiri merasa tidak puas atas keputusan
ayahnya yang menobatkannya sebagai raja kecil Di daerah Lambandia, sehingga
lima hari setelah penobatan Lasikiri sebagai raja besar di kerajaan Mekongga.
Lasone datang menghadap ayahnya dan memohon agar dialah yang di lantik menjadi
raja besar di kerajaan Mekongga. Akan tetapi ayahnya lebih memili Lasikiri
sebagai raja besar karena dari dua belas anaknya hanya Lasikiri yang di
anggapnya mampu untuk menjadi raja besar di kerajaan Mekongga. Karena memiliki
sikap yang baik dan bijak serta dipercaya akan mampu mengembang amanah untuk
kemajuan Kerajaan Mekongga.
Namun
Lasone tetap memaksa hingga ingin menantang semua saudara-saudaranya untuk
membuktikan siapa yang lebih hebat di antara mereka. Lalu Sangia Nibandera
memberi nasehat pada Lasone agar ia kembali ke Lambandia namun, Lasone yang
memiliki watak dan tabiat yang keras, justru menantang sambil mengangkat pedang
(sinangke). Dihadapan ayahnya. Dengan tenang Sangia Nibandera menasehati serta
mengatakan pada anaknya agar kembali memperbaiki sikapnya dan jika tidak
berubah maka ia hanya akan menerima kabar duka anaknya.
Setelah
tiga hari Lasone di Lambandia, kabarpun datang bahwa Lasone telah Wafat. Dengan
wafatnya Lasone maka ia di gantikan oleh anaknya yang bernama Batu Ula sebagai
raja kecil di daerah Lambandia.
sehingga sejak turun temurun daerah Lambandia yang berkedudukan di Wonuambuteo menjadi sebuah wilayah pemerintahan kecil.
kedatangan Belanda di Lambandia pada tahun 1911 dimana saat itu kepalai oleh Tahoa sebagai pemimpin dan berhubungan dengan Bokeo sebagai kepala pemerintahan kerajaan Mekongga dan dari kedudukannya sebagai Mokole di ganti menjadi Kepala Distrik oleh kaum bangsa Belanda.
meski kakak ipar Tahoa yang bernama Taope tidak pernah mau menerimah kedatangan Belanda di Lambandia, sehingga sering kali Taope ingin memberi pembelajaran kepada para Bangsa Belanda tetapi selalu di ingatkan oleh Tahoa untuk tidak melakukan perlawanan yang bisa berdampak buruk bagi masyarakat.
setelah Robe anak dari Bokeo Lasikiri mengantikan ayahnya menjadi Bokeo di Kerajaan Mekongga, lalu Kerajaan Mekongga di serahkan kepada saudaranya perempuannya yang bergelar Bokeo Mburi dan Bokeo Robe Memilih untuk menjadi Bokeo Di Lambandia, meski ia tidak bertempat tinggal di Lambandia. hal ini untuk mengisi kekosongan kekuasaan, dan pada saat mangkat Jenasah Bokeo Robe di bawah ke Lambandia dan di Makamkan di Desa Wonuambuteo.
post by Hasmadin, S.Pd