BENTUKK RUMAH KEPALA DISTRIK LAMBANDIA -->

Kategori Berita

Sabtu, 5 April 2025

Iklan Semua Halaman

SELAMAT DATANG DI PORTAL RESMI SDN 1 WONUAMBUTEO

BENTUKK RUMAH KEPALA DISTRIK LAMBANDIA

Monday, February 22, 2021

 

Daerah Lambandia merupakan daerah pemerintahan baik di zaman kerajaan Mekongga maupun di zaman penjajahan kolonial Belanda, sekiatar tahun 1905 Belanda telah datang dan menginvasi daerah -daerah yang ada di Wilayah Sulawesi.
Lambandia sebagai wilayah pemerintahan dibawah Kerajaan Mekongga telah lama ada. di masa sebelum pemerintahan Bokeo Laduma yang bergelar Sangia Nibandera.

Bokeo Laduma merupakan Raja pertama di kerajaan Mekongga yang pertama kali memeluk Agama Islam, ia memiliki empat orang istri. Basembu sebagai istri kedua dari Bokeo Laduma ia melahirkan delapan orang anak yaitu: Lasikiri, Talaga, Lapobandu, Lasone,  Kunde, Wekoe, Wamena dan Kuu.

Mengingat usianya yang sudah  semakin tua, maka Bokeo Laduma yang bergelar Sangia Nibandera membagi daerah-daerah kepada anak-anaknya sebagai kerajaan kecil yang berada di bawah naungan kerajaan Mekongga.

Yang pertama Lasikiri menjabat sebagai raja kecil yang berkedudukan  di Wundulako mendampingi ayahnya, kedua Talaga menjabat sebagai raja kecil di daerah Sabilambo, ketiga Lapobandu menjabat sebagai raja kecil di daerah Kapu, keempat Lasone menjabat sebagai raja kecil di daerah Lambandia, kelima Kunde menjabat sebagai raja kecil di daerah Lamunde, keenam Wekoe menjabat sebagai raja kecil di daerah Bende, ketujuh Wamena menjabat sebagai raja kecil di daerah Rate-Rate sementara Kuu menjabat sebagai panglima perang di Mekongga.

Sebelum mangkat raja Laduma menobatkan Lasikiri sebagai raja besar di kerajaan Mekongga. Lasikiri di lantik oleh raja Laduma yang bergelar Sangia Nibandera atas hasil musyawarah tujuh toono motuo. Lasikiri bergelar Bokeo oha atau raja Besar di kerajaan Mekongga. Namun saudaranya yang lain juga tetap bergelar sebagai Bokeo kecil atau raja kecil.

Lasone salah seorang saudara dari raja Lasikiri merasa tidak puas atas keputusan ayahnya yang menobatkannya sebagai raja kecil Di daerah Lambandia, sehingga lima hari setelah penobatan Lasikiri sebagai raja besar di kerajaan Mekongga. Lasone datang menghadap ayahnya dan memohon agar dialah yang di lantik menjadi raja besar di kerajaan Mekongga. Akan tetapi ayahnya lebih memili Lasikiri sebagai raja besar karena dari dua belas anaknya hanya Lasikiri yang di anggapnya mampu untuk menjadi raja besar di kerajaan Mekongga. Karena memiliki sikap yang baik dan bijak serta dipercaya akan mampu mengembang amanah untuk kemajuan Kerajaan Mekongga.

Namun Lasone tetap memaksa hingga ingin menantang semua saudara-saudaranya untuk membuktikan siapa yang lebih hebat di antara mereka. Lalu Sangia Nibandera memberi nasehat pada Lasone agar ia kembali ke Lambandia namun, Lasone yang memiliki watak dan tabiat yang keras, justru menantang sambil mengangkat pedang (sinangke). Dihadapan ayahnya. Dengan tenang Sangia Nibandera menasehati serta mengatakan pada anaknya agar kembali memperbaiki sikapnya dan jika tidak berubah maka ia hanya akan menerima kabar duka anaknya.

Setelah tiga hari Lasone di Lambandia, kabarpun datang bahwa Lasone telah Wafat. Dengan wafatnya Lasone maka ia di gantikan oleh anaknya yang bernama Batu Ula sebagai raja kecil di daerah Lambandia.

sehingga sejak turun temurun daerah Lambandia yang berkedudukan di Wonuambuteo menjadi sebuah wilayah pemerintahan kecil. 

kedatangan Belanda di Lambandia pada tahun 1911 dimana saat itu kepalai oleh Tahoa sebagai pemimpin dan berhubungan dengan Bokeo sebagai kepala pemerintahan kerajaan Mekongga dan dari kedudukannya sebagai Mokole di ganti menjadi Kepala Distrik oleh kaum bangsa Belanda.

meski kakak ipar Tahoa yang bernama Taope tidak pernah mau menerimah kedatangan Belanda di Lambandia, sehingga sering kali Taope ingin memberi pembelajaran kepada para Bangsa Belanda tetapi selalu di ingatkan oleh Tahoa untuk tidak melakukan perlawanan yang bisa berdampak buruk bagi masyarakat. 

setelah Robe anak dari Bokeo Lasikiri mengantikan ayahnya menjadi Bokeo di Kerajaan Mekongga, lalu Kerajaan Mekongga di serahkan kepada saudaranya perempuannya yang bergelar Bokeo Mburi dan Bokeo Robe Memilih untuk menjadi Bokeo Di Lambandia, meski ia tidak bertempat tinggal di Lambandia. hal ini untuk mengisi kekosongan kekuasaan, dan pada saat mangkat Jenasah Bokeo Robe di bawah ke Lambandia dan di Makamkan di Desa Wonuambuteo.

post by Hasmadin, S.Pd